Sebuah sedan tampak melaju pelan menelusuri jalan kecil sebuah komplek perumahan di bilangan Sentul, Bogor. Beberapa saat setelah keluar area komplek, sedan merah mengkilat itu masuk pintu tol menuju Jakarta. Di dalamnya seorang pria berkumis setengah baya duduk di belakang kemudi dengan kedua kaki bersepatu yang sudah agak pudar warnanya, berada di atas pijakan gas dan rem. Begitu cerianya dan semangatnya ia mengendarai mobil majikannya tersebut. Sesekali sang supir menimpali omongan majikannya yang duduk di sebelahnya. Jalan agak tersendat begitu keluar tol. Padatnya kendaraan membuat siapapun yang ada di jalan harus sigap dan berhati-hati. Mobil yang dikendarai sang sopir terus melaju menembus kemacetan. Jarak antar kendaraan begitu dekatnya, salah menginjak gas ataupun rem bisa-bisa berakibat fatal. “Bapak hebat, mahir dan begitu cekatan.,” suara sang majikan sambil tersenyum menepuk-nepuk pelan punggung belakang si sopir.
“Kenapa kamu begitu hepi dan bersemangat, kawan? Padahal kamu sudah menempuh perjalanan begitu jauhnya dan macet lagi?” Tanya seorang teman si sopir di sebuah kedai kopi parkiran. Beberapa teman sesama sopir lainnya tampak berbaring santai dan ada juga yang duduk-duduk sambil menyeruput, menyesap kopi. Sang sopir pun menoleh ke temannya.
“Aku punya mimpi, teman!” jawab sang sopir. Sorot matanya masih berbinar dan raut wajahnya demikian semangatnya, tak terlihat lelah sedikitpun.
“Mimpi?” Tanya sang teman begitu penasaran.
“Ya, mimpi!” jawab lagi sang sopir, mantap.
“Setiapkali aku mengeluarkan mobil mengantar majikanku, aku memimpikan kalau majikanku akan membelikanku baju dan sepatu bagus. Dan setiap akhir bulan, aku membayangkan tuanku sudah menyiapkan gaji berikut tunjangannya untukku. Ah, sungguh mengasyikkan!” jelas sang sopir begitu optimis.
“Tapi, kenapa baju dan sepatumu masih jelek?” Tanya sang teman sambil mencermati baju dan sepatu si sopir.
“Aku yakin, mimpiku akan menjadi kenyataan. Mungkin besok, majikanku akan membelikan baju dan sepatu,” jawab si sopir begitu bergairah.
“Bagaimana kalau tidak juga?” sergah sang teman seperti menggugat.
“Ya, besok lagi!” jawab si sopir, tetap optimis.
“Pokoknya, aku tidak pernah kehilangan mimpi!” ucapnya lagi sambil mengalihkan wajahnya ke pisang goreng dan susu hangat yang tersedia di hadapannya. Dan ia pun mengambil gorengan itu, mengunyahnya lalu sesekali menyesap susu.
Saudaraku, tidak semua mimpi hadir di saat tubuh beristirahat tidur. Ada mimpi-mimpi yang muncul kala seseorang sedang terjaga. Bahkan sangat terjaga. Mimpi yang seibarat bahan bakar, pemompa dan sumber inspirasi. Yang membuat seseorang lebih bergerak dinamis. Jarak yang jauh terasa begitu dekat. Lelah pun tak dirasa membosankan. Jiwa bebas merdeka, halangan dan rintangan dianggap angin lalu.
Itulah juga mimpi yang digenggam para orang tua terhadap masa depan anak-anaknya, mimpi para guru, pelajar, pekerja keras dan seterusnya yang tak pernah lelah melakukan perubahan keadaan diri. Terus bergerak pada untaian moto diri: hello mimpi, mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Sungguh menarik apa yang telah diucapkan sang sopir sedan merah itu kepada temannya, “Jangan pernah kehilangan mimpi!”.
Demikianlah dan salam..