Senin, 07 Mei 2012

ANIS, Ayah manis..


Pukul sembilan belas malam Anis masih di kantor saat istrinya mengirim sms dua baris,

"Masku sayang cepat pulang ya, Alia nggak berhenti nangis. Segera ya mas.. plis.."

Hati Anis ketar-ketir sedikit meringis, apa sebab anaknya yang nomor dua itu menangis. Ayah segera pulang nak, kata Anis dalam hati sembari mencabut flashdisk dan menutup jendela kantornya yang berteralis minimalis. Sesampai di rumah, Anis langsung disambut Alia dengan mata sembab sebab tangis. Alia memeluk ayahnya erat sekali diiringi sisa sesengukan dan hidung yang kembang kempis. Anis menikmati pelukan Alia lalu menyeka air mata anaknya itu hingga habis.

"Alia kangen mau bobo sama ayah.." ujar anaknya manja mulai ceriwis.

Kecemasan langsung mencair seiring mata Anis yang seketika berkaca-kaca seperti mau menangis. Ada makhluk kecil di hadapan seorang ayah yang membutuhkan dirinya eksis.

"Iya anakku sayang, ayah juga kangen nak," ucap Anis lembut sambil gemas kasih kiss.

Duh sungguh manis indah terlukis.

Illustrasi: baitijannati.wordpress.com

Senin, 05 Desember 2011

SUBUH, Sudah ditabuh..

Panggilan suci menggema
tembus tujuh lapis langit
air mata malaikat
air mata para pesuruh Tuhan
tumpah ke tiap pijakan kaki

Subuh ini
sahutan ilahi
bebunyian beduk
sedari tadi telah ditabuh
memecah senyap

Malu aku
gunung lembah hutan
tujuh lapis langit
tujuh samudera
tunduk dan berdo'a

Gema adzan subuh
teguh lantang terdengar
hingga kiamat ditabuh
malas kujamah
subuh, ampuni aku

Sabtu, 03 Desember 2011

BUKTI, Bukan teori..

Saudaraku, ada pelajaran menarik dari tingkah anak kecil. Pernahkah kita menyuruh mereka tidur. Biasanya, anak kecil tidak begitu peduli dengan ucapan. Walaupun itu dari orang tuanya sendiri. Tetap saja, si anak terus bermain walaupun malam kian larut.

Biasanya, seorang ibu punya cara sendiri agar si anak mau tidur. Selain ucapan lembut, si ibu mengajak anaknya berbaring bersama. Seolah, ibu itu pun hendak tidur. Awalnya, anak kecil mencermati tingkah ibunya. Seriuskah, atau cuma main-main. Tapi setelah beberapa kali sang ibu dilihatnya terus terpejam, ia pun mulai paham dan yakin. Ia memang harus tidur.

Seperti itulah kekuatan sebuah perbuatan. Dan seperti itulah Tuhan mengajarkan kekuatan perbuatan pada hewan. Para penggembala banteng paham betul bagaimana menggiring ternaknya yang bisa berjumlah ratusan. Terutama, ketika menyeberangi sungai. Mereka tidak perlu repot-repot memaksa semua banteng melalui sungai, satu persatu. Cukup menggiring satu induk banteng ke sungai. Kalau sukses, yang ratusan lainnya akan ikut.

Begitu pula mengajak saudara kita kepada jalan kebaikan, menyebarkan kedamaian, kasih sayang dan cinta. Pada tahap awal, memang perlu adanya pemahaman. Tapi setelah itu, semua tergantung pada keteladanan. Diperlukan bukti dan bukan sekedar teori. Karena jika teori tidak sama dengan kenyataan, pemahaman akan buyar. Perlahan tapi pasti, orang yang kita ajak untuk berbuat baik mulai menghindar. Setelah itu, ucapan dan ajakan kita tak lebih dari sekedar angin lalu. Mari memberi bukti dan bukan cuma teori, salam..


Jumat, 12 Agustus 2011

SAMA, kiSAh Motor Apes?..

Adalah di suatu siang nan cerah, pun tidak panas sepasang suami istri terlihat anteng di atas sebuah sepeda motor berbahan bakar bersubdi. Mereka berdua tengah dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya si istri yang jaraknya sejam dari rumah mereka jika ditempuh motor. Mulanya sih lancar-lancar saja di jalan, tanpa hambatan ataupun halangan. Tapi siapa dinyana dua kali ban motor yang mereka tumpangi kempes-pes dengan waktu yang berdekatan, cuma berselang sepuluh menit. Tentu saja dengan ban yang bocor, motor tak akan jalan apalagi ditumpangi berdua. Dua kali ban belakang motor itu bocor terhujam paku tajam. Akhirnya dua kali mendorong motor dan mencari tukang tambal ban lah yang dilakoni kedua insan satu atap itu. Sang suami menuntun pegang kemudi, sedang si istri berada di belakang motor ikut mendorong.

Berkeringat, kaki pegal dan tubuh lelah tentu saja dirasakan keduanya. Tapi toh mereka harus terus mendorong motor mencari tukang tambal ban untuk menambal atau bisa jadi mengganti ban bocor itu. Agar mereka cepat sampai ke tujuan. Tidak terbayang, beratus meter bahkan mungkin kiloan meter mereka tempuh mendorong motor demi menemukan tukang tambal ban, apalagi perlu tenaga berlipat ganda bila jalan menanjak dan kadang berhenti, berhati-hati dengan kendaraan lain yang cepat melaju berpapasan atau mendahului mereka. Indah nian, mereka begitu bersabar dalam 'menikmati' peristiwa kebocoran itu. Begitulah, bocor yang pertama, ban cuma ditambal, sebuah paku kecil namun tajam ditemukan menancap gagah. Setelah ban ditambal dan motor kembali melaju di jalan, sepuluh menit kemudian tiba-tiba motor oleng. Ban belakang kempes lagi dan mereka berdua dengan jelas melihat sebuah paku seukuran batang korek api terlihat 'anggun' menghujam ban karet itu. Ban pun harus diganti, tidak bisa ditambal karena ban bukan sekedar berlubang namun juga robek. Kasihan, apes sekali mereka. Apes? Tidak apeslah, semua toh ada hikmahnya. Ya, pelajaran bisa didapat dari balik semua kejadian di muka bumi ini.

Saudaraku, suami dan istri adalah sama sebagai manusia, dan keduanya laksana dua roda dalam satu kendaraan. Tanpa memandang mana yang di depan dan mana yang di belakang. Keduanya adalah sama. Namun, memiliki peran masing-masing. Jika satu roda tak berfungsi maka roda yang satunya akan terganggu. Kedua roda itu saling membutuhkan karenanya harus benar-benar kokoh. Kendaraan tidak akan bisa berjalan jika kedua rodanya tidak teguh untuk saling menopang. Kita bisa menempatkan sang suami sebagai roda depan, dan dia berhak menempati posisi ini. Karena, memang secara fisik laki-laki lebih kuat, sebagai pencari nafkah, serta penyokong utama keluarga. Tetapi sungguh tidak elok jika kedua kondisi tersebut membuat sang suami superior terhadap istri. Karena tanpa ada semangat dari istri bisakah si suami kuat mencari nafkah dan menyokong keluarga? Tanpa tangan lembut dari perempuan luar biasa pendamping hidupnya bisakah sang suami menjalani hidup ini sendirian dengan segala permasalahannya?

Seperti kisah di atas, mana mungkin motor bisa berjalan dengan nyaman bila roda belakang kempes meskipun roda depannya kuat. Apalagi jika suami tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai suami; seperti sang istri lebih dari dirinya atau suami tidak bisa menjaga keluarga karena beberapa sebab tertentu. Maka, sebagai suami ia tidak berhak mengklaim lebih super dari sang istri. Apapun itu, suami istri dengan perannya masing-masing, keduanya sepatutnya harus sama-sama saling melengkapi, menguatkan dan menopang bangunan sebuah keluarga. Demikianlah saudaraku, salam..

Senin, 08 Agustus 2011

HEPI, Hello mimpi..

Sebuah sedan tampak melaju pelan menelusuri jalan kecil sebuah komplek perumahan di bilangan Sentul, Bogor. Beberapa saat setelah keluar area komplek, sedan merah mengkilat itu masuk pintu tol menuju Jakarta. Di dalamnya seorang pria berkumis setengah baya duduk di belakang kemudi dengan kedua kaki bersepatu yang sudah agak pudar warnanya, berada di atas pijakan gas dan rem. Begitu cerianya dan semangatnya ia mengendarai mobil majikannya tersebut. Sesekali sang supir menimpali omongan majikannya yang duduk di sebelahnya. Jalan agak tersendat begitu keluar tol. Padatnya kendaraan membuat siapapun yang ada di jalan harus sigap dan berhati-hati. Mobil yang dikendarai sang sopir terus melaju menembus kemacetan. Jarak antar kendaraan begitu dekatnya, salah menginjak gas ataupun rem bisa-bisa berakibat fatal. “Bapak hebat, mahir dan begitu cekatan.,” suara sang majikan sambil tersenyum menepuk-nepuk pelan punggung belakang si sopir.

“Kenapa kamu begitu hepi dan bersemangat, kawan? Padahal kamu sudah menempuh perjalanan begitu jauhnya dan macet lagi?” Tanya seorang teman si sopir di sebuah kedai kopi parkiran. Beberapa teman sesama sopir lainnya tampak berbaring santai dan ada juga yang duduk-duduk sambil menyeruput, menyesap kopi. Sang sopir pun menoleh ke temannya.
“Aku punya mimpi, teman!” jawab sang sopir. Sorot matanya masih berbinar dan raut wajahnya demikian semangatnya, tak terlihat lelah sedikitpun.
“Mimpi?” Tanya sang teman begitu penasaran.
“Ya, mimpi!” jawab lagi sang sopir, mantap.
“Setiapkali aku mengeluarkan mobil mengantar majikanku, aku memimpikan kalau majikanku akan membelikanku baju dan sepatu bagus. Dan setiap akhir bulan, aku membayangkan tuanku sudah menyiapkan gaji berikut tunjangannya untukku. Ah, sungguh mengasyikkan!” jelas sang sopir begitu optimis.
“Tapi, kenapa baju dan sepatumu masih jelek?” Tanya sang teman sambil mencermati baju dan sepatu si sopir.
“Aku yakin, mimpiku akan menjadi kenyataan. Mungkin besok, majikanku akan membelikan baju dan sepatu,” jawab si sopir begitu bergairah.
“Bagaimana kalau tidak juga?” sergah sang teman seperti menggugat.
“Ya, besok lagi!” jawab si sopir, tetap optimis.
“Pokoknya, aku tidak pernah kehilangan mimpi!” ucapnya lagi sambil mengalihkan wajahnya ke pisang goreng dan susu hangat yang tersedia di hadapannya. Dan ia pun mengambil gorengan itu, mengunyahnya lalu sesekali menyesap susu.

Saudaraku, tidak semua mimpi hadir di saat tubuh beristirahat tidur. Ada mimpi-mimpi yang muncul kala seseorang sedang terjaga. Bahkan sangat terjaga. Mimpi yang seibarat bahan bakar, pemompa dan sumber inspirasi. Yang membuat seseorang lebih bergerak dinamis. Jarak yang jauh terasa begitu dekat. Lelah pun tak dirasa membosankan. Jiwa bebas merdeka, halangan dan rintangan dianggap angin lalu.

Itulah juga mimpi yang digenggam para orang tua terhadap masa depan anak-anaknya, mimpi para guru, pelajar, pekerja keras dan seterusnya yang tak pernah lelah melakukan perubahan keadaan diri. Terus bergerak pada untaian moto diri: hello mimpi, mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. Sungguh menarik apa yang telah diucapkan sang sopir sedan merah itu kepada temannya, “Jangan pernah kehilangan mimpi!”.
Demikianlah dan salam..

GARIS, Gambaran rindu seseorang..

Suatu hari, kanjeng nabi SAW menggambar di atas tanah. Para sahabat berkerumun memperhatikan apa yang beliau lakukan. Beliau menggambar sebuah garis panjang. Lalu menggambar kotak.. satu ujung garis panjang itu berada di dalam kotak. Tetapi ujung yang lain keluar menembus sisi lain kotak itu. Di salah satu sisi garis panjang yang menembus kotak itu beliau menggambar garis-garis lain yang kecil-kecil. 

“ Garis panjang ini adalah keinginan manusia. Sedang kotak ini adalah ajalnya. Adapun garis-garis kecil ini adalah rintangan yang akan dihadapi manusia dalam hidupnya,” begitulah kanjeng nabi SAW menjelaskan kepada sahabatnya.

Saudaraku, angan-angan atau keinginan demi keinginan kita sesungguhnya adalah kumpulan titik yang menjadi garis. Angan-angan yang juga berarti kerinduan. Itulah garis yang digambar oleh sang nabi akhir zaman. Adapun garis-garis lain yang kecil-kecil, yang berada di sisinya, adalah rintangan-rintangan yang menghimpit – berupa bermacam cobaan kesenangan dan penderitaan. Jika seseorang berbuat salah, maka ia akan terkena garis kecil ini. Kita sadar, bahwa angan manusia berbaju rindu itu ada batasnya. Kotak kematian dalam gambar, itulah batasnya. Karenanya, kita memang harus membuat orientasi kerinduan itu begitu jauh, hingga akhirat kelak. Dan kita pun harus siap pula menghadapi rintangan hidup, terlebih kita tahu bahwa garis itu akan ada putusnya. Garis kerinduan itu ada pupusnya, saat ajal tiba. Demikianlah, salam..